Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, mungkin hampir seluruhnya, segala sesuatu yang berhubungan dengan kata-kata seks adalah sesuatu yang tabu dan tidak boleh dibicarakan secara bebas. Sejak jaman dahulu, segala hal yang berhubungan dengan seks selalu dianggap sebagai percakapan kamar tidur yang tak boleh terungkap kepada siapapun. Bahkan pendidikan seks, yang telah diajarkan sejak dini di beberapa negara dan sejujurnya saya sangat mendukung metode ini, juga dianggap sebagai sebuah perbuatan yang tabu dan dilarang di negara ini.
Lantas apa sebenarnya pendidikan seks itu dan mengapa saya sampai merasa pendidikan seks sebagai sesuatu yang harus diajarkan sejak dini? Pendidikan seks sebenarnya adalah suatu metode pembelajaran tentang seksiologi. Selama ini pendidikan seks banyak dikecam menurut saya adalah karena faktor kesalapahaman masyarakat terhadap materi yang disampaikan dalam pendidikan seks. Masyarakat selalu saja menganggap pendidikan seks sebagai sebuah pembelajaran tentang aktifitas atau kegiatan seks.
Sebenarnya apa yang diajarkan dalam pendidikan seks adalah mengenai penanaman kesadaran kepada murid tentang pentingnya menjaga bagian-bagian pribadi mereka dan penanaman kesadaran terhadap keadaan dan perubahan fisik mereka sebagai akibat pendewasaan yang mereka alami. Pendidikan seks bukan sebuah pendidikan vulgar yang mengajarkan apa itu seks, tetapi lebih menekankan pada penyadaran konsep perbedaan seksual antara anak laki-laki dan perempuan, sehingga mereka tidak mencari tahu dengan cara yang salah.
Lantas apa perlunya pendidikan seks terhadap anak? Ada beberapa poin yang penting, pertama dengan adanya pendidikan seks sejak dini, anak tidak akan merasa terkejut ketika untuk pertama kalinya mendapatkan tanda pendewasaan diri, menstruasi pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki. Coba ada ingat, ketika anda pertama kali mengalami tanda tersebut apa yang anda rasakan dahulu, takut? Bingung? Stress? Yah kebanyakan dari kita pasti merasa ketakutan, dan karena tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang hal ini dengan rasa penasaran kita akan mencari tahu sendiri, walau kadang dengan cara yang salah.
Manfaat kedua adalah sebagai bentuk pembentengan anak dari aktifitas seks dini. Dengan pendidikan seks anak akan mendapatkan pengetahuan tentang bahaya aktifitas seks jika mereka melakukannya dalam usia yang belum matang, selain itu kita juga dapat mencegah terjadinya aktifitas seks bebas dengan menanamkan sejak dini tentang batasan pergaulan yang diperbolehkan. Pada masa sekarang anak mendapat pengetahuan dan gambaran tentang pola pergaulan secara tidak terkontrol. Internet, TV, lingkungan sekitar, majalah bahkan buku pelajaran seringkali menampilkan hal-hal yang tidak seharusnya dilihat anak. Coba anda lihat di TV, betapa banyak tontonan yang menyajikan pola pergaulan yang tidak sehat, anak sekolah berpakaian mini, kesana kemari bermesra-mesraan. Kalau bukan kita yang mengajarkan pada mereka tentang batasan pergaulan yang benar, maka tontonan inilah yang akan menjadi pedoman mereka.
Ketiga, pernakah anda menyimak tayangan berita atau info kriminal di TV? Hampir setiap hari ada pemberitaan mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak-anak dan jumlahnya terus meningkat dari hari ke hari. Mengapa ini terjadi? Pelaku kejahatan seksual selalu menganggap anak sebagai mangsa empuk karena ketidak tahuan mereka akan pentingnya menjaga bagian pribadi mereka. Dengan iming-iming uang 2 ribu rupiah, para pelaku bisa membujuk korban untuk melakukan apa yang diinginkannya. Di sinilah pendidikan seks dibutuhkan, dengan pendidikan seks kita bisa mengajarkan anak akan pentingnya menjaga daerah pribadi mereka, yang tentu saja disampaikan dengan tingkatan sesuai umur mereka.
Sebenarnya masih banyak manfaat-manfaat lain yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Harap diingat saya tidak bermaksud untuk mengajak pembaca menghilangkan tabu akan seks, saya hanya mengajak anda untuk melihat sedikit lebih bijak tentang pendidikan seks serta mengharapkan anda dapat memahami pendidikan seks itu menyangkut seksiologi bukan seksualitas.
0 komentar:
Posting Komentar